Thursday, September 29, 2011

Wacana Non Ilmiah

adalah karya tulis yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh wacana non ilmiah : anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.

Salah satu contoh wacana non ilmiah :

Menunggu Bis Jalur 54

Seorang gadis lugu baru pertama kali mengunjungi kota Washington, DC. Dia sangat ingin mengunjungi sebuah tempat di kota itu. Karena tidak tahu arah yang pasti, dia lalu menanyakannya kepada seorang polisi yang ada di dekatnya.
“Permisi Pak,” kata gadis itu, “Saya mau pergi ke ‘Capitol Building’, bagaimana caranya ya?”
Dengan ramah polisi itu berkata, “Anda tunggu saja disini dan tunggulah bis nomor 54 dan bis itu akan membawa Anda langsung sampai ke ‘Capitol Building’.”
Gadis itu langsung mengucapkan terima kasih kepada si polisi dan polisi itu pergi.
Tiga jam kemudian si polisi kembali lagi ke posnya dan mendapati bahwa si gadis masih berdiri di tempat yang sama.
Si polisi langsung menghampiri gadis tersebut dan berkata, “Permisi Nona, tapi untuk bisa pergi ke ‘Capitol Building’ Anda harus naik bis nomor 54. Aku sudah mengatakannya tiga jam yang lalu bukan? Kenapa Anda masih menunggu di sini?”
Dengan lugunya sang gadis menjawab, “Nggak usah khawatir Pak, nggak lama lagi kok… barusan bis yang ke 45 sudah lewat kok, jadi masih kurang 9 bis lagi!”

Sumber :
http://atik085641095564.wordpress.com/2010/01/21/kumpulan-cerita-anekdot-lucu-cerita-cerita-anekdot-lucu-kisah-anekdot-lucu-kisah-kisah-anekdot-lucu/


Nama : Astria Rahmania
NPM  : 10109709
Kelas  : 3KA19





Wacana Semi Ilmiah

Adalah tulisan yang berisi informasi faktual, yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang kadang-kadang subjektif.

Contoh wacana semi ilmiah : editorial, opini, feuture, reportase.

Salah satu contoh wacana semi ilmiah :


Sebagian umat Islam Indonesia merayakan Idul Fitri 1432 Hijriah pada Rabu (31/8). Sebagian lagi sudah merayakannya sehari sebelumnya. Muhammadiyah lebih dulu memastikan Idul Fitri pada 30 Agustus 2011. Barulah kemudian Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam memutuskan Lebaran pada 31 Agustus 2011. Di era teknologi modern ini, yang paling belakangan mengambil keputusan ialah pemerintah. Berdasarkan hasil sidang isbat, pemerintah akhirnya memutuskan Idul Fitri jatuh pada 31 Agustus 2011. Begitulah, perbedaan hari Lebaran kembali terjadi. Penyebabnya ialah perbedaan metode dalam menetapkan akhir Ramadan atau awal Syawal. Setiap organisasi ataupun kelompok Islam termasuk pemerintah mempunyai metode atau argumen sendiri dalam menetapkan Idul Fitri. Terlepas dari perbedaan metode dan argumen dalam menetapkan Idul Fitri, kita sepantasnya semakin dewasa dalam menghadapi perbedaan itu. Perbedaan sesungguhnya membawa rahmat dan manfaat bila kita bisa menghargainya sebagai kekayaan. Perbedaan pada dasarnya indah jika kita menghayatinya sebagai keragaman penuh warna.

Sumber :
http://www.mediaindonesia.com/editorial/index.php/editorial/detail/836

Nama : Astria Rahmania
NPM : 10109709
Kelas : 3KA19